Minggu, 02 Januari 2011

Ritual Bele Kampung Kembali Digelar

Selama lebih kurang 17 tahun lamanya menghilang, kegiatan bele kampung (ritual keselamatan kampung)  yang pernah populer di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat itu, kembali dibangkitkan dan digelar kembali. Dengan kebangkitan tersebut, diharapkan bisa menjadi salah satu angenda budaya dan tentunya wisata di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kegiatan bele kampung adalah kegiatan semacam ritual untuk menghalau dari hal-hal yang mengganggu dan dari niatan jahat baik secara batiniah, maupun secara rohaniah dan sebagai ritual untuk mensyukuri atas limpahan hasil alam dan kemakmuran masyarakat yang telah diberikan oleh yang maha kuasa. Kegiatan ini dulunya dilakukan setiap setahun sekali, menjelang bergantinya tahun, sampai diawal menyambut tahun baru.
Kamis (30/12) sekitar pukul 16.00 WIB, merupakan hari pertama yang juga acara pembukaan yang dilakukan dengan menghanyutkan semacam sesajen atau yang lebih dikenal oleh masyarakat di sana, dengan kegiatan buang ancak, yang terdiri nasi beras kunyit, dan hasil bumi, seperti kentang buah-buahan dan lainnya yang dilakukan di dua tempat. Yakni di darat, dilakukan di pohon ara dan di laut yang dihanyutkan di baran lumut, yang akan berhilir ke laut.
‘’Telah 17 tahun lamanya kegiatan ini tidak pernah dilakukan lagi oleh masyarakat Desa Bokor. Tahun ini, kami mencoba untuk mengangkatnya kembali ke permukaan, dan akan diperkenalkan sebagai tradisi yang dulunya pernah setiap tahun dilakukan oleh masyarakat Desa Bokor,’’ ungkap panitia pelaksanaan bele kampung Mardian ST kepada Riau Pos, Kamis (30/12).
Dibeberkan Ketua Karang Taruna Kecamatan Rangsang Barat itu, kemarin merupakan awal dilaksanakannya rangkaian kegiatan bele kampung tersebut, dengan memberikan sesajen didarat dan dilaut. Kemudian, diteruskan pada hari berikutnya selama tiga hari tidak boleh melaksanakan berbagai aktivitas, biasa disebut, pantang larang.
‘’Selama tiga hari, masyarakat desa mengikuti pantang larang, atau tidak boleh menebang pohon, mencangkul tanah, memetik daun kayu, bersepeda motor di atas pukul 12 WIB, menjaring ikan, mengkumbang (sejenis alat untuk menangkap ikan) dan lainnya, sampai Ahad (2/1),’’ ujar Mardian.
Sementara tiga hari sisanya, seluruh masyarakat desa melakukan ratib zaman atau melakukan doa dan zikir bertujuan agar kampung tersebut selalu dalam lindungan Allah, dan dijauhi dari gangguan syaitan dan hal-hal jahat lainnya. ‘’Kegiatan ditutup dengan melakukan zikir secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat di sana, agar kampung kami selalu diberkahi dan dalam lindungan Allah SWT, dan dijauhi dari gangguan syaitan dan hal-hal jahat lainnya,’’ ucap alumnus UIR itu.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut diyakini merupakan salah satu kebanggaan yang nantinya dapat menjadi agenda tahunan untuk bisa terus dilestarikan keberadaannya di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti.(*1)

Sumber: Riau Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar